Strategi Merger dan Akuisisi yang Efektif untuk Pertumbuhan dan Ekspansi Bisnis

Di tengah era globalisasi dan persaingan bisnis yang kian ketat, Merger and Acquisition (M&A) telah menjadi salah satu cara bagi perusahaan untuk tumbuh dan memperluas jangkauan pasar. 

Proses M&A memungkinkan perusahaan menggabungkan sumber daya, memperluas pasar, dan meningkatkan efisiensi operasional. Namun, untuk mencapai keberhasilan dalam M&A, dibutuhkan strategi merger and acquisition framework yang tepat serta perencanaan matang, mengingat kompleksitas aspek legalnya di Indonesia.

Tips dan Strategi Merger dan Akuisisi yang Efektif

Menyusun strategi merger dan akuisisi yang efektif memerlukan perencanaan menyeluruh, baik dari segi operasional maupun strategis. Berikut beberapa tips dan strategi yang bisa membantu perusahaan dalam mempersiapkan proses M&A:

1. Menentukan tujuan yang jelas

Sebelum memulai proses M&A, penting bagi perusahaan untuk memiliki tujuan yang jelas. Apakah tujuan utama adalah memperluas pangsa pasar, meningkatkan efisiensi operasional, atau mengakuisisi teknologi baru? Menentukan tujuan sejak awal akan membantu mengarahkan seluruh proses merger atau akuisisi.

2. Due diligence yang mendalam

Proses due diligence sangat penting untuk memastikan semua aspek keuangan, operasional, dan legal, dari perusahaan yang akan diakuisisi, berada dalam kondisi baik. Proses ini mencakup evaluasi aset, kewajiban, kontrak, serta potensi risiko yang ada.

3. Penilaian nilai perusahaan

Sebelum memutuskan untuk melakukan akuisisi, perusahaan harus melakukan valuasi secara menyeluruh terhadap target akuisisi. Penilaian ini meliputi analisis laporan keuangan, prospek pasar, dan aset yang dimiliki oleh perusahaan target. 

Penilaian terhadap perusahaan target sangat penting dalam proses akuisisi aset maupun akuisisi saham. Tujuannya adalah memastikan harga yang dibayar sesuai dengan nilai sebenarnya. Oleh karena itu, para pemilik perusahaan atau CEO perlu berkonsultasi advisor sebelum melakukan M&A, salah satunya adalah Manterra.

4. Pengintegrasian budaya perusahaan

Salah satu tantangan terbesar dalam merger and acquisition framework adalah mengintegrasikan budaya perusahaan. 

Jika tidak dikelola dengan baik, perbedaan budaya dapat menyebabkan konflik internal dan kegagalan dalam proses integrasi. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan rencana integrasi yang mencakup pelatihan karyawan, komunikasi efektif, dan penyesuaian struktur organisasi.

5. Mengelola komunikasi internal dan eksternal

Komunikasi yang baik adalah kunci keberhasilan M&A. Ini termasuk komunikasi yang efektif kepada karyawan, pemegang saham, serta pihak eksternal, seperti pelanggan dan pemasok. Transparansi selama proses merger akan membantu menjaga kepercayaan dan meminimalkan ketidakpastian.

Aspek Legal dan Keuangan dalam M&A yang Harus Diperhatikan

Merger dan akuisisi di Indonesia diatur oleh sejumlah regulasi, seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 yang mengatur tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perusahaan. 

Penting bagi perusahaan untuk memahami aspek legal dan keuangan sebelum melangkah lebih jauh dalam proses merger atau akuisisi. Berikut hal-hal yang penting dipahami terkait aspek legal M&A.

1. Memahami Regulasi M&A di Indonesia

Di Indonesia, merger dan akuisisi diatur oleh berbagai undang-undang dan peraturan yang bertujuan melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat. Salah satunya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 yang mengatur tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam proses merger, peleburan, atau pengambilalihan perusahaan.

Selain itu, setiap proses M&A yang melibatkan perusahaan finansial juga harus mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau Bank Indonesia (BI), bergantung pada sektor bisnis yang terlibat.

2. Penilaian risiko dan pendanaan

Dalam proses M&A, aspek keuangan menjadi salah satu elemen krusial. Perusahaan harus menilai risiko keuangan yang mungkin timbul, seperti kewajiban utang, arus kas, serta potensi pendapatan di masa depan. 

Selain itu, sumber pendanaan untuk melakukan akuisisi juga perlu diperhitungkan secara matang. Pendanaan bisa dilakukan dengan modal sendiri, pinjaman bank, atau penerbitan saham baru.

3. Kepatuhan terhadap Peraturan Persaingan Usaha

Salah satu tantangan dalam proses merger dan akuisisi di Indonesia adalah kepatuhan terhadap undang-undang persaingan usaha. 

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) berwenang memantau merger dan akuisisi guna mencegah praktik monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat. Maka itu, setiap perusahaan yang berencana melakukan merger atau akuisisi wajib melaporkan rencana tersebut kepada KPPU sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Persetujuan Pemegang Saham

Proses merger dan akuisisi membutuhkan persetujuan dari para pemegang saham. Dalam beberapa kasus, misalnya akuisisi saham, perusahaan harus memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham guna melanjutkan transaksi. Ini merupakan langkah penting yang mesti dipenuhi untuk memastikan legalitas dan kelancaran proses akuisisi.

Contoh Nyata Merger dan Akuisisi Financial Technology yang Berhasil

Di Indonesia, sektor financial technology (fintech) telah menyaksikan beberapa merger dan akuisisi yang sukses. Salah satu contoh yang sering dibicarakan adalah akuisisi OVO oleh Grab.

1. Akuisisi OVO oleh Grab

Pada 2020, Grab, salah satu perusahaan ride-hailing terbesar di Asia Tenggara, mengakuisisi saham mayoritas perusahaan penyedia jasa pembayaran digital, OVO. Langkah ini bertujuan memperkuat posisi Grab di sektor fintech, memperluas layanan keuangan digital, serta meningkatkan daya saingnya di Indonesia.

Akuisisi saham yang dilakukan Grab merupakan bagian dari strategi memperkuat ekosistem digitalnya dan memberikan layanan pembayaran serta solusi keuangan yang lebih komprehensif. Proses ini berjalan dengan baik karena adanya sinergi kuat antara kedua perusahaan, baik dari segi teknologi maupun basis pelanggan.

2. Akuisisi Go-Pay oleh Go-Jek

Go-Jek, perusahaan teknologi asal Indonesia, juga melakukan akuisisi Go-Pay, layanan pembayaran digital yang kini menjadi salah satu dompet elektronik terbesar di Indonesia. Akuisisi ini membantu Go-Jek mengintegrasikan berbagai layanan keuangan ke dalam ekosistem aplikasinya, mulai dari pembayaran digital hingga pinjaman mikro.

Dua contoh sebagaimana disebutkan di atas menunjukkan, merger dan akuisisi dapat membantu perusahaan fintech memperluas jangkauan layanan, meningkatkan efisiensi operasional, dan menawarkan nilai tambah bagi pengguna. Dengan strategi merger and acquisition framework yang baik, perusahaan fintech dapat memanfaatkan sinergi bisnis untuk tumbuh lebih cepat.

Pada intinya, merger dan akuisisi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk mendorong pertumbuhan bisnis dan ekspansi pasar jika dilakukan dengan strategi yang tepat. Dalam hal ini, aspek legal dan keuangan mesti diperhatikan secara serius agar M&A berjalan lancar. Pemilik perusahaan yang ingin melakukan M&A dapat menghubungi contact center Manterra untuk berkonsultasi terkait legal dan tipsnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top