Perkembangan zaman merambah segala bidang, termasuk keuangan dan metode pengkreditannya. Penilaian kelayakan kredit (credit scoring), misalnya, mengalami perubahan cukup signifikan.
Dulu, credit scoring hanya didasarkan pada data tradisional, seperti riwayat pembayaran pinjaman, hutang, dan informasi perbankan. Sekarang, dengan adanya digital financial innovation, metodenya beralih menggunakan data non-tradisional, termasuk perilaku digital dan aktivitas media sosial.
Perubahan metode ini dipicu oleh pesatnya perkembangan financial technology (fintech) dan alternative credit scoring yang lebih inklusif.
Manfaat Bagi B2B yang Menawarkan Solusi Credit Scoring
Bagi bisnis B2B yang menyediakan solusi credit scoring berbasis teknologi, perubahan metode penilaian ini membawa peluang besar. Mereka bisa memanfaatkan inovasi tersebut untuk mengembangkan layanan yang lebih cepat, akurat, dan ramah bagi pengguna.
1. Meluasnya akses pasar
Alternative credit scoring memberikan peluang bagi perusahaan fintech untuk memperluas akses ke segmen pasar yang sebelumnya tidak terjamah. Banyak bisnis dan konsumen, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang tidak memiliki riwayat kredit formal tetapi memunyai perilaku digital yang mencerminkan kelayakan mereka.
Dengan mengolah data non-tradisional, seperti riwayat transaksi online, pola belanja, atau interaksi di media sosial, perusahaan dapat menilai kelayakan kredit secara lebih inklusif. Solusi ini juga membuka peluang bagi B2B untuk menjalin kemitraan dengan lembaga keuangan serta menawarkan produk kredit kepada segmen pasar yang lebih luas.
2. Pengurangan risiko kredit
Dengan pengolahan data non-tradisional, pemodelan risiko menjadi lebih komprehensif. Fintech dapat menggunakan machine learning untuk menganalisis secara lebih baik pola perilaku digital dengan tujuan memprediksi risiko gagal bayar.
Perilaku tepat waktu pembayaran tagihan online serta keteraturan penggunaan layanan e-wallet dapat menjadi indikator kuat. Hal ini tidak hanya bermanfaat mengurangi risiko bagi lembaga keuangan, melainkan juga meningkatkan kepercayaan terhadap solusi credit scoring fintech.
3. Pengambilan keputusan kredit lebih cepat
Dengan adanya solusi berbasis digital financial innovation, proses evaluasi kredit bisa dipangkas waktunya. Algoritma yang dioperasikan oleh fintech dapat menganalisis data digital dalam waktu lebih singkat dibanding metode tradisional.
Hal ini jelas memberikan keuntungan bagi lembaga keuangan yang ingin meningkatkan efisiensi proses pengajuan kredit, serta memberikan pengalaman lebih baik bagi konsumen.
Keuntungan bagi Konsumen dan Bisnis dalam Sistem Credit Scoring Baru
Perubahan metode credit scoring tak hanya menguntungkan fintech atau B2B, melainkan juga konsumen dan bisnis yang mencari pembiayaan.
1. Evaluasi kredit yang lebih adil
Dengan pengolahan data non-tradisional, sistem credit scoring dapat memberikan evaluasi lebih adil bagi konsumen yang tidak memunyai riwayat kredit formal. Banyak individu atau bisnis yang mungkin tidak memiliki akses ke layanan keuangan karena keterbatasan riwayat kredit tradisional, tetapi di sisi lain memunyai pola perilaku digital positif.
Penggunaan data seperti riwayat pembayaran tagihan listrik, telepon, atau e-commerce dapat mencerminkan disiplin keuangan mereka. Hal ini kemudian bermanfaat memberikan peluang lebih baik dalam mendapatkan pinjaman.
2. Akses lebih baik terhadap layanan keuangan
Dengan alternative credit scoring fintech, akan lebih banyak konsumen yang memperoleh akses layanan keuangan, terutama di negara berkembang. Perusahaan keuangan dapat membantu konsumen yang berada di luar jangkauan perbankan tradisional, misalnya UMKM atau individu tanpa rekening bank, dengan memberikan skor kredit sesuai data digitalnya.
Ini sejalan dengan upaya peningkatan inklusi keuangan; layanan keuangan dapat diakses oleh lebih banyak orang, sebagaimana diatur dalam regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
3. Mengurangi kesenjangan hak kredit
Metode credit scoring fintech secara otomatis membantu mengurangi kesenjangan kredit di masyarakat. Sebagai misal, seseorang yang belum pernah memakai layanan perbankan mungkin masih layak menerima pinjaman jika dilihat dari riwayat belanja online atau aktivitas finansial lainnya.
Hal ini membuka peluang baru bagi bisnis yang belum memperoleh kredit. Dengan begitu, mereka dapat tumbuh lebih cepat dengan akses ke pembiayaan lebih adil.
Tantangan Regulasi dalam Implementasi Credit Scoring Berbasis Fintech
Kendati menghadirkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan regulasi yang perlu diperhatikan dalam implementasi alternative credit scoring. Penggunaan data non-tradisional, seperti data media sosial atau riwayat digital, mengundang kekhawatiran tentang keamanan data dan privasi.
1. Kepatuhan terhadap regulasi perlindungan data
Salah satu tantangan utama implementasi credit scoring fintech adalah memastikan penggunaan data digital telah sesuai regulasi perlindungan data yang berlaku. Di Indonesia, misalnya, ada UU Perlindungan Data Pribadi yang mengatur bagaimana data pribadi konsumen bisa dan boleh digunakan oleh fintech.
Fintech yang mengembangkan solusi credit scoring harus memastikan, pengolahan data dilakukan secara transparan serta selaras dengan hukum. Laporan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) juga menyoroti pentingnya perlindungan privasi dalam penggunaan data alternatif untuk penilaian kredit .
2. Keamanan dan transparansi
Selain kepatuhan terhadap regulasi perlindungan data, penting juga bagi fintech untuk memperhatikan standar keamanan data. Sistem credit scoring berbasis digital harus mampu melindungi data konsumen dari risiko kebocoran atau penyalahgunaan.
Selain itu, penting bagi fintech untuk transparan kepada konsumen tentang bagaimana datanya digunakan untuk penilaian kredit.
Tren ke Depan: Potensi Pengembangan Teknologi Credit Scoring
Di masa yang akan datang, teknologi alternative credit scoring diharapkan akan terus berkembang. Peningkatan jumlah data digital yang tersedia akan membuat perusahaan fintech dapat mengembangkan model penilaian kredit yang lebih akurat dan real-time.
1. Penggunaan Artificial Intelligence (AI)
Salah satu tren yang ditengarai bakal berkembang ialah penggunaan AI dalam penilaian kredit. AI mampu memproses data dalam jumlah besar serta menemukan pola yang tidak bisa dideteksi oleh manusia. Hal ini bermanfaat membuat sistem credit scoring lebih akurat dalam memprediksi risiko.
2. Integrasi dengan blockchain
Tren yang diprediksi bakal berkembang juga penggunaan blockchain. Teknologi ini dapat meningkatkan keamanan dan transparansi dalam penyimpanan dan pengelolaan data kredit. Hal ini dapat memberikan kepercayaan lebih besar kepada konsumen dan lembaga keuangan.
Perkembangan teknologi terkait credit scoring fintech memberikan harapan bahwa inovasi keuangan digital akan menjadi lebih baik di masa depan. Untuk mengimplementasikannya, perusahaan fintech dapat berkonsultasi dengan Manterra perihal perizinan dan praktik inovasi keuangan digital lainnya.