Evolusi Alat Pembayaran Internasional di Era Digital

alat pembayaran internasional​

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, alat pembayaran internasional telah mengalami pergeseran yang signifikan. Itu tentunya tak lepas dari melesatnya perkembangan teknologi. 

Inovasi keuangan digital menjadi pendorong utama di balik transformasi alat pembayaran. Hal itu menciptakan sistem pembayaran yang lebih cepat, aman, dan efisien. 

Dalam artikel ini, kita akan mendalami persaingan antara metode tradisional dan teknologi mutakhir. Selain itu, artikel berikut akan membahas tantangan serta regulasi yang mengiringi perubahan medium transaksi.

Metode Tradisional: SWIFT dan Wire Transfer

Sebelum era digital, transaksi keuangan antarnegara bisa terjadi berkat sistem Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) dan wire transfer

SWIFT didirikan pada 1973. Sejak itu, ia telah menjadi tulang punggung komunikasi antarbank di seluruh dunia. Sistem tersebut membuat bank bisa mengirimkan pesan-pesan yang berisi instruksi pembayaran secara aman. Berkait keamanan yang terjamin, SWIFT memungkinkan institusi keuangan menghubungkan jaringan globalnya tanpa mesti bergantung pada teknologi lokal yang terfragmentasi.

Sementara itu, wire transfer merupakan metode transfer uang yang dilakukan via jaringan bank yang terhubung. Kendati tak secepat sistem modern, sistem ini memberikan fondasi untuk transaksi lintas negara yang andal dan teruji waktu.

Metode sire transfer tentunya tidak lepas dari kelemahan. Di samping biaya yang relatif tinggi, proses transaksinya pun lama, bahkan membutuhkan beberapa hari kerja, terutama jika melibatkan beberapa perantara. Ketatnya proses verifikasi, meskipun itu penting untuk keamanan, sering memperlambat waktu transaksi. 

Sejumlah tantangan inilah yang menjadi hambatan bagi perusahaan remitansi, terutama mereka yang berusaha menyediakan layanan cepat untuk pelanggan di era digital. Maka dari itu, muncul kebutuhan akan inovasi yang bisa menawarkan solusi lebih cepat dan hemat biaya.

Blockchain: Revolusi dalam Pembayaran Internasional

Kemunculan teknologi blockchain membawa sistem pembayaran internasional ke era baru yang lebih maju. Blockchain bisa didefinisikan sebagai buku besar digital terdesentralisasi yang mencatat setiap transaksi secara permanen dan tidak dapat diubah. Ia mampu mereduksi kebutuhan akan perantara, sebagaimana yang terjadi pada bank atau lembaga keuangan tradisional. Dengan begitu, transaksi bisa terjadi langsung antara pengirim dan penerima.

Keunggulan utama blockchain adalah cepat, transparan, dan aman. Proses transaksi, yang sebelumnya memakan waktu beberapa hari, kini bisa rampung dalam hitungan menit, bahkan untuk transaksi lintas negara sekalipun. Hal ini sangat relevan bagi perusahaan biasanya menangani volume transaksi tinggi dan membutuhkan waktu penyelesaian cepat, seperti niaga-el dan remitansi.

Blockchain juga menawarkan biaya transaksi yang relatif lebih murah. Dengan menghilangkan kebutuhan akan perantara, jamak biaya administrasi dan pengelolaan yang bisa dipangkas. Hal ini sudah tentu bakal memberikan keuntungan signifikan bagi perusahaan.

Contoh konkret penerapan blockchain dalam pembayaran internasional adalah Ripple, perusahaan penyedia pembayaran cepat dan hemat biaya bagi institusi keuangan. Perusahaan yang berdiri pada 2012 ini memungkinkan bank menyelesaikan pembayaran antarnegara dalam hitungan detik.

Namun, blockchain juga tak lepas dari tantangan, terutama perihal adopsi massal dan regulasi. Kendati potensinya besar, banyak perusahaan dan pemerintah yang masih membutuhkan waktu untuk memahami dan mengadopsi teknologi ini secara masif.

Penggunaan Stablecoin untuk Mempermudah Transaksi

Stablecoin merupakan salah satu inovasi berbasis blockchain yang mulai menarik perhatian di bidang pembayaran internasional. Cryptocurrency jenis ini sejak awal dirancang agar nilainya stabil dengan cara mengaitkannya pada aset tertentu, misalnya dolar AS, emas, atau mata uang fiat lainnya. Dengan volatilitas rendah, stablecoin menjadi solusi ideal bagi individu maupun perusahaan yang ingin bertransaksi antarnegara tanpa khawatir mengenai fluktuasi nilai tukar.

Keunggulan stablecoin yang utama adalah di sisi kecepatan transaksi, biaya rendah, dan aksesibilitas yang lebih besar. Pengguna dapat menghindari kompleksitas sistem perbankan tradisional, terutama di wilayah yang infrastruktur keuangannya minim. Sebagai misal, stablecoin jenis USDT (Tether) dan USDC (USD Coin) kini banyak dipakai oleh perusahaan remitansi agar transfer dana lintas negara bisa lebih cepat.

Namun, lagi-lagi stablecoin punya tantangan besar, yakni perihal regulasi. Banyak negara mulai memantau penggunaan stablecoin untuk memastikan tidak adanya penyalahgunaan dalam aktivitas ilegal, misalnya pencucian uang atau pendanaan terorisme. Hal ini memunculkan kebutuhan akan kerangka hukum yang jelas. Kolaborasi antara pemerintah, regulator, dan perusahaan teknologi, juga sangat diperlukan.

Tantangan dan Regulasi Pembayaran Internasional

Inovasi pembayaran digital dalam lingkup internasional memang memberikan manfaat besar. Akan tetapi, ia juga menghadirkan tantangan yang tak bisa diabaikan. Salah satunya adalah perbedaan kerangka regulasi di berbagai negara. 

Teknologi blockchain dan cryptocurrency, misalnya, kerap menghadapi ketidakpastian hukum di beberapa wilayah sehingga adopsinya secara luas menjadi terhambat. Sebagai misal, Tiongkok punya pendekatan ketat terhadap cryptocurrency, sedangkan beberapa negara lain lebih terbuka terhadap inovasi ini.

Risiko keamanan juga menjadi perhatian besar dalam inovasi transaksi digital ini. Serangan siber, pencurian data, dan penipuan daring, merupakan ancaman nyata yang berisiko merugikan semua pihak, baik konsumen maupun perusahaan. Oleh karenanya, penyedia jasa pembayaran internasional perlu berinvestasi dalam teknologi keamanan, misalnya enkripsi data dan sistem deteksi ancaman berbasis AI.

Regulator berperan penting dalam menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi tanpa mengorbankan aspek perlindungan konsumen. Dengan aturan yang jelas dan harmonisasi aturan antarnegara, inovasi teknologi keuangan bisa berkembang dengan aman. Di sisi lain, kolaborasi antara pemerintah, perusahaan fintech, dan lembaga keuangan tradisional, juga penting untuk membuka jalan bagi sistem pembayaran yang lebih inklusif dan efisien.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top